blog ini dibuat oleh seorang anak yang lagi enak-enak nya makan bangku sekolah menengah atas,untuk mengapresiasikan rasa emosionalnya agar tersalurkan dengan benar #enjoy this blog guys

Selasa, 20 Maret 2012

sangiran sebagai media pembelajaran yang menarik dan inovatif



Belajar tidak hanya dikelas, sekarang banyak sekali media belajar yang menarik, menyenangkan, interaktif dan tidak membosankan yang dapat digunakan. Banyak orang yang belum puas dengan materi-materi yang di jelaskan oleh seorang guru didepan kelas, tidak ada praktek nyata yang lebih menjelaskan nya.
Dan disinilah guna museum itu didirikan sebagai jawaban atas masalah tersebut, museum memberikan media pembelajaran yang lebih menarik, dengan memberikan bukti-bukti nyata dan juga cara penyampaian yang berbeda.

Museum berasal dari kata Latin “mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan dewi Muses, anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Jadi museum merujuk pada perbuatan atau sesuatu yang membuat orang lain gembira. Museum digunakan untuk menyebut lembaga yang menyimpan dan memelihara koleksi benda-benda seni atau benda bernilai sejarah dan ilmu pengetahuan. Koleksi museum ditampilkan untuk pembelajaran dan kesenangan masyarakat.
Museum adalah tempat yang paling ideal sebagai wadah kegiatan “edutainment” (education = pendidikan sekaligus entertainment = hiburan). Seorang ahli museologi George dan Sherrell-Leo (1989), menyatakan bahwa museum yang baik seharusnya dapat menjadi pintu gerbang bagi umat manusia untuk memasuki dunia diluar kita, museum juga harus dapat menarik, menghibur dan merangsang keingintahuan dan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong proses pembelajaran. Museum harus mampu membangkitkan minat orang tua maupun muda untuk mengkaji dunia di luar mereka.
Sedangkan museum menurut International Council of Museum (ICOM,2006), museum adalah lembaga permanen yang tidak untuk mencari keuntungan (not for Profit), diabadikan untuk kepentingan dan pembangunan masyarakat, serta terbuka untuk umum. Museum mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan, memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan lingkungannya untuk tujuan pengajian, pendidikan dan kesenangan. Terdapat banyak jenis museum yang salah sataunya adalah museum sejarah
Untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap museum, para pengelola museum harus kembali untuk merevitalisasikan visi, misi dan tugas-tugas museum. Sifat museum yang menyajikan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana yang menyenangkan, dengan demikian museum akan dapat menjadi mitra para pendidik, baik itu orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga, para guru dan pengajar di sekolah dan perguruan tinggi, maupun pendidik di lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Pertanyaan yang muncul terkait masalah ini adalah bagaimana kita dapat membuat museum berperan sebagai mitra pendidik?. Secara garis besar diperlukan beberapa konsep yang dapat diterapkan di museum, tentunya yang berkaitan dengan tujuan pendidikan itu sendiri.Dan pada makalah ini akan dikhususkan untuk menjelaskan tentang museum manusia purba sangiran.
Situs Manusia Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti saat ini. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia.
Tak hanya manusia dan kehidupan pra sejarah, ditemukan juga fosil makhluk bawah laut sehingga menimbulkan teori bahwa Pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan tahun yang lalu. Bahkan pada tahun 1980an, para ilmuwan digemparkan dengan penemuan fosil utuh seekor mammoth dengan tinggi 4 meter. Fosil ini sekarang disimpan di Museum Geologi Bandung. Karena kontribusi terhadap dunia arkeologi, antropologi, geologi dan ilmu pengetahuan yang begitu besar, UNESCO menetapkan Sangiran sebagai Warisan Kebudayaan Dunia ke 593 pada 5 Desember 1996 di Merida, Meksiko. Kemudian dibangunlah Museum Manusia Purbakala untuk menyimpan dan memamerkan fosil-fosil yang ditemukan.
Museum Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo – Purwodadi. Museum ini dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi. Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas :
1. Ruang pamer yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay
2. Ruang laboratorium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil yang ditemukan
3· Ruang pertemuan yaitu ruang yang digunakan untuk segala kegiatan yang diadakan di museum
4· Perpustakaan yaitu ruang penyimpanan koleksi buku-buku
5· Ruang penyimpanan yaitu ruang yang digunakan untuk menyimpan koleksi   fosil-fosil
6· Mushola
7· Toilet
Bersamaan dengan peringatan 75 tahun penemuan pertama manusia purba itu, kini Museum Sangiran diresmikan kembali pada Kamis, 15 Desember lalu. Acara tersebut kemudian dirangkai dengan kunjungan peserta ke situs permukiman prasejarah Pacitan di Jawa Timur dan Konferensi Internasional selama dua hari.

Mendunianya Sangiran bukan berawal pada terselenggaranya konferensi tersebut. Jauh sebelumnya, Koenigswald, seorang paleontolog dan geolog Jerman itu telah memperkenalkan Sangiran sebagai bukit penuh fosil di pedalaman Jawa kepada masyarakat ilmiah Eropa.
Hingga kini sekitar 65 persen fosil manusia purba di Indonesia, atau 50 persen fosil manusia purba di Bumi ini berasal dari Sangiran. Inilah salah satu situs terpenting peradaban manusia prasejarah, sehingga UNESCO memberikan label sebagai Warisan Dunia pada 1996.
Sangiran merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah, fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.
Koleksi yang ada di Museum Situs Manusia Purba Sangiran saat ini, semua berasal dari sekitar Situs Sangiran. Saat ini jumlah koleksi seluruhnya ± 13.808 buah. Koleksi tersebut akan selalu bertambah karena setiap musim hujan, bumi Sangiran selalu mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan fosil dari dalam tanah.
Koleksi yang ada di Museum Sangiran antara lain berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil tumbuhan, batu-batuan, sediment tanah, dan juga peralatan batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran.
Koleksi-koleksi tersebut sebagian besar masih disimpan di gudang dan sebagian lagi dipajang di ruang pameran. Ruang pameran saat ini ada 3 ruang. Ruang Utama berisi 15 Vitrin ditambah diorama, Ruang Pameran tambahan 1 berisi – vitrin, dan Ruang Pameran tambahan 2 berisi – vitrin.
A.    Ruang Pameran Utama
1.      Fosil moluska : Moluska termasuk filum Invertebrata. Terbagi menjadi 7 Klas dan lebih dari 100.000 spesies. Pada Vitrin ini dipamerkan contoh-contoh moluska Klas Pelecipoda (kerang dengan dua cangkang) dan Klas Gastropoda (kerang bercangkang spiral), yang ditemukan pada Formasi Kalibeng dan Formasi Pucangan.
2.      Binatang air : berisi fosil tengkorak buaya, fosil kura-kura, fosil ikan, dan fosil kepiting. Temuan fosil ikan Hiu menunjukkan bahwa Kawasan Sangiran pernah digenangi oleh air laut. Lingkungan ini kemudian berubah menjadi danau dan rawa-rawa dengan bukti temuan fosil buaya dan kura-kura, dan kepiting.
3.      Fosil kayu : Selain sisa-sisa manusia dan binatang purba, di kawasan Cagar Budaya ditemukan pula sisa-sisa batang pohon yang telah menjadi fosil. Pada vitrin ini dipamerkan Fosil Batang Pohon dari Dukuh Jambu, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, yang ditemukan tahun 1955 dan Fosil Batang Pohon dari Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen, yang ditemukan tahun 1977. Keduanya dari Formasi Pucangan.
4.      Kuda nil (hippopotamus Sp) : Kuda Nil adalah binatang darat yang hidup di danau atau rawa-rawa dan dapat menyelam di dalam air selama 5 menit dengan cara menutup lubang hidung dan matanya. Di daerah Sangiran binatang ini ditemukan pada formasi antara Pucangan dan Kabuh.
5.      Copy fosil tengkorak manusia : Vitrin ini berisi copy tengkorak manusia purba dari berbagai situs prasejarah dunia yang secara berurutan menggambarkan bukti-bukti evolusi manusia purba. Seperti Australopithecus Africanus, Pithecanthropus Modjokertensis, Pithecanthropus Erectus II, Pithecanthropus VIII, Pithecanthropus Soloensis, Homo Sapien. Dll
6.      Alat-alat batu .Contohnya ,serpih dan bilah, serut, beliung persegi, bakal kapak batu. Dll
7.      batuan dari situs sangiran : memamerkan beberapa jenis contoh batu dan batuan yang ditemukan di kawasan Cagar Budaya Sangiran yang dapat dijadikan sebagai indikasi terhadap alam dan lingkungan Sangiran, yang secara geologis dapat memberikan informasi kondisi alam purba masa itu seperti batu rijang, batu meteor, batu kalsedon, batu konkreis, batu koral, batu diatome dll.
8.      Tengkorak kerbau (Bubalus Palaeokerabau)
9.      Gajah purba : Gajah Purba yang pernah hidup di daerah Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Spesies Stegodon Trigonocephalus merupakan jenis gajah purba yang paling banyak ditemukan di situs Sangiran. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi Pucangan Atas dan Kabuh dan hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu.
10.  Fosil bovidae : Bovidae adalah kelompok binatang bertanduk seperti kerbau, banteng, dan lain-lain. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi pucangan atas dan formasi kabuh.
11.  Stegodon trigonocephalus : tulang paha dan tulang hasta.
12.  Fosil rusa (cervus SP.) dan domba : ini berisi fosil rusa dan domba yang pernah hidup pada kala Pleistosen Tengah dan diendapkan pada Formasi Kabuh.
13.  Fosil babi, harimau, dan badak
14.  Rahang atas Elephas Namadicus
15.  Rahang gajah : ini berisi Rahang Atas Stegodon trigonocerphalus dan Rahang Bawah Elephantoides. Keduanya adalah jenis gajah purba yang pernah hidup di Sangiran.
B.     Ruang pameran tambahan I
Berisi bola ratu, rahang bawah badak, tengkorak banteng (Bibos palaeosondaicus), tulang jari gajah, rahang bawah gajah, tulang pinggul, rahang atas dan tanduk rusa dll.

C.     Ruang pameran tambahan II
Berisi rahang bawah kudanil, kura-kura, rahang atas dan gigi buaya, koral/batu karang, marginellidae, kepiting, tulang ikan, gigi hiu, buccinidae, canideae dll.
Untuk memberikan gambaran mengenai cara hidup manusia purba telah disediakan biorama yang menggambarkan patung manusia purba di tengah ekosistemnya. Kita dapat melihat raut wajah, bentuk tubuh, dan lingkungan rekaan tersebut untuk memperoleh pemahaman mengenai cara hidup mereka.selain itu dipajang pula berbagai peralatan dari batu yang digunakan manusia urba pada jaman dahulu, yang digunakan untuk membunuh binatang, memotong daging dan tumbuh-tumbuhan.Kita juga dapat memperdalam pengetahuan dengan menonton film tentang sejarah situs Sangiran dan gambaran visual di ruang audio visual.
Selain koleksi-koleksi di atas museum telah menambahkan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti di bangun menara pandang dan wisma sangiran. Para wisatawan dapat menikmati keindahan di sekitar kasawasan sangiran dari ketinggian lewat menara pandang. Selain itu disebelahnya di bangunjuga wisma sangiran guna menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi yang melakukan penelitian tentang keberadaan fosil di kawasan sangiran.
Dengan memadainya fasilitas yang ada di sangiran semua itu telah menjelaskan bahwa sangiran merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dan digunakan sebagai media pembelajaran, tidak membosankan dan menyenanga yang berakan tempat nya yang ada di bukit dengan lingkungan yang asri membuat pikiran kita kembali merifres, dan menangkap materi dengan baik.
Tergantung kita sendiri mau memanfaatkan nya atau tidak ,salah satu cara agar kita dapat menikmatinya adalah dengan buang segala kemalasan dan cobalah untuk mengunjungi museum sangiran, karena semua ruang menarik dan dapat membuat kita terpesona akan kekayaan purbakala Indonesia. Dan salah satu keuntungaan lainnya adalah mungkin saja disana kita dapat menjadi salahsatu penemu fosil purba yang temuannya dipajang dimuseum sangiran.
selain itu juga harus ada peran dari pemerintah untuk menjaganya agar tidak terbengkalai begitu saja karena situs tersebut juga merupakan aset bangsa yang perlu di jaga keberadaan nya.
Salah satu cara nya adalah dengan mengenalkan nya kepada masyarakat luas dan juga mancanegara. Agar orang yang sangat ingin tau mengenai zaman purba dapat mengunjungi sangiran dan belajar dengan cara yang mudah disana.
Dengan demikian museum sangiran dapat bermanfaat bagi kita semua tidak sia-sia dan juga diharapkan museum sangiran mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan bangsa dan negara di era global saat ini.











0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More