Belajar
tidak hanya dikelas, sekarang banyak sekali media belajar yang menarik,
menyenangkan, interaktif dan tidak membosankan yang dapat digunakan. Banyak
orang yang belum puas dengan materi-materi yang di jelaskan oleh seorang guru
didepan kelas, tidak ada praktek nyata yang lebih menjelaskan nya.
Dan
disinilah guna museum itu didirikan sebagai jawaban atas masalah tersebut,
museum memberikan media pembelajaran yang lebih menarik, dengan memberikan
bukti-bukti nyata dan juga cara penyampaian yang berbeda.
Museum berasal dari kata Latin “mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan dewi Muses, anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Jadi museum merujuk pada perbuatan atau sesuatu yang membuat orang lain gembira. Museum digunakan untuk menyebut lembaga yang menyimpan dan memelihara koleksi benda-benda seni atau benda bernilai sejarah dan ilmu pengetahuan. Koleksi museum ditampilkan untuk pembelajaran dan kesenangan masyarakat.
Museum adalah
tempat yang paling ideal sebagai wadah kegiatan “edutainment” (education
= pendidikan sekaligus entertainment = hiburan). Seorang ahli museologi George
dan Sherrell-Leo (1989), menyatakan bahwa museum yang baik seharusnya dapat
menjadi pintu gerbang bagi umat manusia untuk memasuki dunia diluar kita,
museum juga harus dapat menarik, menghibur dan merangsang keingintahuan dan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong proses pembelajaran. Museum harus mampu membangkitkan
minat orang tua maupun muda untuk mengkaji dunia di luar mereka.
Sedangkan
museum menurut International Council of Museum (ICOM,2006), museum adalah
lembaga permanen yang tidak untuk mencari keuntungan (not for Profit),
diabadikan untuk kepentingan dan pembangunan masyarakat, serta terbuka untuk
umum. Museum mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan,
memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan lingkungannya untuk tujuan
pengajian, pendidikan dan kesenangan. Terdapat banyak jenis museum yang salah
sataunya adalah museum sejarah
Untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap museum, para pengelola museum harus
kembali untuk merevitalisasikan visi, misi dan tugas-tugas museum. Sifat museum
yang menyajikan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana yang menyenangkan,
dengan demikian museum akan dapat menjadi mitra para pendidik, baik itu orang
tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga, para guru dan pengajar di sekolah
dan perguruan tinggi, maupun pendidik di lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Pertanyaan
yang muncul terkait masalah ini adalah bagaimana kita dapat membuat museum
berperan sebagai mitra pendidik?. Secara garis besar diperlukan beberapa konsep
yang dapat diterapkan di museum, tentunya yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan itu sendiri.Dan pada makalah ini akan dikhususkan untuk menjelaskan
tentang museum manusia purba sangiran.
Situs Manusia
Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman
bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia
purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini
menguatkan teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi
manusia seperti saat ini. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia
purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama
dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs yang
menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia.
Tak hanya
manusia dan kehidupan pra sejarah, ditemukan juga fosil makhluk bawah laut
sehingga menimbulkan teori bahwa Pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan
tahun yang lalu. Bahkan pada tahun 1980an, para ilmuwan digemparkan dengan
penemuan fosil utuh seekor mammoth dengan tinggi 4 meter. Fosil ini sekarang
disimpan di Museum Geologi Bandung. Karena kontribusi terhadap dunia arkeologi,
antropologi, geologi dan ilmu pengetahuan yang begitu besar, UNESCO menetapkan
Sangiran sebagai Warisan Kebudayaan Dunia ke 593 pada 5 Desember 1996 di
Merida, Meksiko. Kemudian dibangunlah Museum Manusia Purbakala untuk menyimpan
dan memamerkan fosil-fosil yang ditemukan.
Museum
Purbakala Sangiran terletak di Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen kurang lebih 3 Kilometer dari Jalan Solo – Purwodadi. Museum ini
dibangun pada tahun 1980 yang menempati areal seluas 16.675 meter persegi.
Bangunan tersebut bergaya Joglo yang terdiri atas :
1. Ruang
pamer yaitu ruang utama tempat koleksi terdisplay
2. Ruang
laboratorium yaitu tempat dilakukannya proses konservasi terhadap fosil-fosil
yang ditemukan
3· Ruang
pertemuan yaitu ruang yang digunakan untuk segala kegiatan yang diadakan di
museum
4·
Perpustakaan yaitu ruang penyimpanan koleksi buku-buku
5· Ruang
penyimpanan yaitu ruang yang digunakan untuk menyimpan koleksi fosil-fosil
6· Mushola
7· Toilet
Bersamaan
dengan peringatan 75 tahun penemuan pertama manusia purba itu, kini Museum
Sangiran diresmikan kembali pada Kamis, 15 Desember lalu. Acara tersebut
kemudian dirangkai dengan kunjungan peserta ke situs permukiman prasejarah
Pacitan di Jawa Timur dan Konferensi Internasional selama dua hari.
Mendunianya
Sangiran bukan berawal pada terselenggaranya konferensi tersebut. Jauh
sebelumnya, Koenigswald, seorang paleontolog dan geolog Jerman itu telah memperkenalkan
Sangiran sebagai bukit penuh fosil di pedalaman Jawa kepada masyarakat ilmiah
Eropa.
Hingga kini
sekitar 65 persen fosil manusia purba di Indonesia, atau 50 persen fosil
manusia purba di Bumi ini berasal dari Sangiran. Inilah salah satu situs
terpenting peradaban manusia prasejarah, sehingga UNESCO memberikan label sebagai
Warisan Dunia pada 1996.
Sangiran
merupakan situs terpenting untuk ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di
bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi dan tentu
saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat
dalam mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi
dengan koleksi fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia prasejarah,
fosil-fosil flora fauna prasejarah beserta gambaran stratigrafinya.
Koleksi yang
ada di Museum Situs Manusia Purba Sangiran saat ini, semua berasal dari sekitar
Situs Sangiran. Saat ini jumlah koleksi seluruhnya ± 13.808 buah. Koleksi
tersebut akan selalu bertambah karena setiap musim hujan, bumi Sangiran selalu
mengalami erosi yang sering menyingkapkan temuan fosil dari dalam tanah.
Koleksi yang
ada di Museum Sangiran antara lain berupa fosil manusia, fosil hewan, fosil
tumbuhan, batu-batuan, sediment tanah, dan juga peralatan batu yang dulu pernah
dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran.
Koleksi-koleksi
tersebut sebagian besar masih disimpan di gudang dan sebagian lagi dipajang di
ruang pameran. Ruang pameran saat ini ada 3 ruang. Ruang Utama berisi 15 Vitrin
ditambah diorama, Ruang Pameran tambahan 1 berisi – vitrin, dan Ruang Pameran
tambahan 2 berisi – vitrin.
A. Ruang
Pameran Utama
1.
Fosil moluska : Moluska termasuk filum
Invertebrata. Terbagi menjadi 7 Klas dan lebih dari 100.000 spesies. Pada
Vitrin ini dipamerkan contoh-contoh moluska Klas Pelecipoda (kerang dengan dua
cangkang) dan Klas Gastropoda (kerang bercangkang spiral), yang ditemukan pada
Formasi Kalibeng dan Formasi Pucangan.
2.
Binatang air : berisi fosil tengkorak buaya, fosil
kura-kura, fosil ikan, dan fosil kepiting. Temuan fosil ikan Hiu menunjukkan
bahwa Kawasan Sangiran pernah digenangi oleh air laut. Lingkungan ini kemudian
berubah menjadi danau dan rawa-rawa dengan bukti temuan fosil buaya dan
kura-kura, dan kepiting.
3.
Fosil kayu : Selain sisa-sisa manusia dan binatang
purba, di kawasan Cagar Budaya ditemukan pula sisa-sisa batang pohon yang telah
menjadi fosil. Pada vitrin ini dipamerkan Fosil Batang Pohon dari Dukuh Jambu,
Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, yang ditemukan tahun 1955 dan
Fosil Batang Pohon dari Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen, yang
ditemukan tahun 1977. Keduanya dari Formasi Pucangan.
4.
Kuda nil (hippopotamus Sp) : Kuda Nil adalah binatang
darat yang hidup di danau atau rawa-rawa dan dapat menyelam di dalam air selama
5 menit dengan cara menutup lubang hidung dan matanya. Di daerah Sangiran
binatang ini ditemukan pada formasi antara Pucangan dan Kabuh.
5. Copy
fosil tengkorak manusia : Vitrin ini berisi copy tengkorak manusia purba dari
berbagai situs prasejarah dunia yang secara berurutan menggambarkan bukti-bukti
evolusi manusia purba. Seperti Australopithecus Africanus,
Pithecanthropus Modjokertensis, Pithecanthropus Erectus II, Pithecanthropus
VIII, Pithecanthropus Soloensis, Homo Sapien. Dll
6. Alat-alat
batu .Contohnya ,serpih dan bilah, serut, beliung persegi, bakal kapak batu.
Dll
7.
batuan dari situs sangiran : memamerkan
beberapa jenis contoh batu dan batuan yang ditemukan di kawasan Cagar Budaya
Sangiran yang dapat dijadikan sebagai indikasi terhadap alam dan lingkungan
Sangiran, yang secara geologis dapat memberikan informasi kondisi alam purba
masa itu seperti batu rijang, batu meteor, batu kalsedon, batu konkreis, batu
koral, batu diatome dll.
8.
Tengkorak kerbau (Bubalus Palaeokerabau)
9.
Gajah purba : Gajah Purba yang pernah hidup di daerah
Cagar Budaya Sangiran antara lain jenis Mastodon, Stegodon dan Elephas. Spesies
Stegodon Trigonocephalus merupakan jenis gajah purba yang paling banyak
ditemukan di situs Sangiran. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi
Pucangan Atas dan Kabuh dan hidup antara 1.200.000 – 500.000 tahun yang lalu.
10. Fosil
bovidae : Bovidae adalah kelompok binatang bertanduk seperti kerbau, banteng,
dan lain-lain. Fosil binatang ini banyak ditemukan pada formasi pucangan atas
dan formasi kabuh.
11. Stegodon
trigonocephalus : tulang paha dan tulang hasta.
12. Fosil
rusa (cervus SP.) dan domba : ini berisi fosil rusa dan domba yang pernah hidup
pada kala Pleistosen Tengah dan diendapkan pada Formasi Kabuh.
13. Fosil
babi, harimau, dan badak
14. Rahang
atas Elephas Namadicus
15. Rahang
gajah : ini berisi Rahang Atas Stegodon trigonocerphalus dan Rahang
Bawah Elephantoides. Keduanya adalah jenis gajah purba yang pernah hidup di
Sangiran.
B. Ruang
pameran tambahan I
Berisi bola ratu, rahang bawah
badak, tengkorak banteng (Bibos palaeosondaicus),
tulang jari gajah, rahang bawah gajah, tulang pinggul, rahang atas dan tanduk
rusa dll.
C. Ruang
pameran tambahan II
Berisi rahang bawah kudanil,
kura-kura, rahang atas dan gigi buaya, koral/batu karang, marginellidae,
kepiting, tulang ikan, gigi hiu, buccinidae, canideae dll.
Untuk
memberikan gambaran mengenai cara hidup manusia purba telah disediakan biorama
yang menggambarkan patung manusia purba di tengah ekosistemnya. Kita dapat melihat raut wajah, bentuk tubuh, dan
lingkungan rekaan tersebut untuk memperoleh pemahaman mengenai cara hidup
mereka.selain itu dipajang pula berbagai peralatan dari batu yang digunakan
manusia urba pada jaman dahulu, yang digunakan untuk membunuh binatang, memotong
daging dan tumbuh-tumbuhan.Kita juga dapat memperdalam pengetahuan dengan
menonton film tentang sejarah situs Sangiran dan gambaran visual di ruang audio
visual.
Selain
koleksi-koleksi di atas museum telah menambahkan fasilitas-fasilitas yang
memadai seperti di bangun menara pandang dan wisma sangiran. Para wisatawan
dapat menikmati keindahan di sekitar kasawasan sangiran dari ketinggian lewat
menara pandang. Selain itu disebelahnya di bangunjuga wisma sangiran guna
menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi
yang melakukan penelitian tentang keberadaan fosil di kawasan sangiran.
Dengan
memadainya fasilitas yang ada di sangiran semua itu telah menjelaskan bahwa
sangiran merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi dan digunakan sebagai
media pembelajaran, tidak membosankan dan menyenanga yang berakan tempat nya
yang ada di bukit dengan lingkungan yang asri membuat pikiran kita kembali
merifres, dan menangkap materi dengan baik.
Tergantung
kita sendiri mau memanfaatkan nya atau tidak ,salah satu cara agar kita dapat
menikmatinya adalah dengan buang segala kemalasan dan cobalah untuk mengunjungi
museum sangiran, karena semua ruang menarik dan dapat membuat kita terpesona
akan kekayaan purbakala Indonesia. Dan salah satu keuntungaan lainnya adalah
mungkin saja disana kita dapat menjadi salahsatu penemu fosil purba yang
temuannya dipajang dimuseum sangiran.
selain itu
juga harus ada peran dari pemerintah untuk menjaganya agar tidak terbengkalai
begitu saja karena situs tersebut juga merupakan aset bangsa yang perlu di jaga
keberadaan nya.
Salah satu
cara nya adalah dengan mengenalkan nya kepada masyarakat luas dan juga
mancanegara. Agar orang yang sangat ingin tau mengenai zaman purba dapat
mengunjungi sangiran dan belajar dengan cara yang mudah disana.
Dengan
demikian museum sangiran dapat bermanfaat bagi kita semua tidak sia-sia dan
juga diharapkan museum sangiran mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan
bangsa dan negara di era global saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar